Tradisi Lisan

 

     Masyarakat Indonesia masih sangat kental dengan cerita-cerita dongeng ataupun cerita rakyat yang beredar dari dalam gubuk sampai masuk ke dalam gedung pendidikan walaupun tidak ada yang mengetahui pasti siapa orang yang pertama kali menciptakannya tetapi tetap disampaikan secara turun temurun dari mulut ke mulut. Cerita-cerita tersebut menggambarkan potret dari kehidupan masyarakat dari zaman ke zaman yang meliputi kebudayaan, sejarah, ekonomi, sosial, politik dan menghadirkan ciri khas daerah tersebut. Sastra bukan sekadar cermin kehidupan manusia semata melainkan representasi sebuah gagasan tentang realitas sosiologi yang melampaui waktunya. Secara teknis sastra lama ada dua macam, yaitu sastra lisan (oral) dan sastra tulis. Berdasarkan kondisi budaya, lingkungan, dan keragaman bentuknya, sastra lisan merupakan khazanah kebudayaan yang paling kaya. Melihat penyebaran budaya yang sangat luas ini tidak pernah terdeteksi secara pasti, yang pasti adalah bahwa tradisi tersebut makin lama makin berkurang karena masyarakat masa kini jarang menggunakan dan mendukungnya lagi sebagai akibat dari transmigrasi dan globalisasi. Tradisi tulis tidak banyak berpengaruh terhadap keberadaan sastra lisan. Artinya, meskipun suatu tradisi lisan telah dikonversikan ke dalam tulisan, tradisi tersebut tetap hidup dengan mekanismenya masing-masing. Oleh karena itu, masyarakat memilki pengaruh sangat besar terhadap kelestarian dan perkembangan tradisi lisan.

Budaya bercerita berbagai pengetahuan dan adat istiadat yang berkembang telah  dijalankan oleh masyarakat sehingga menjadi kebiasaan yang bersifat rutin. Budaya tersebut dilakukan dalam kehidupan sehari-hari secara lisan dari generasi ke generasi dan selanjutnya dilakukan oleh masyarakat setempat menjadi sebuah tradisi. Inilah yang disebut tradisi lisan.

            Pada masa anak-anak ditahun sebelum 1990an orang tua sering membacakan cerita dongeng kepada anaknya sebelum tidur atau ketika waktu senggang dan guru di sekolah sering mengisahkan cerita dongeng disela-sela kegiatan belajar. Ironinya, saat ini kebiasaan itu sudah nyaris hilang karena ketika anak mau tidur orang tua sering memberikan gawai kepada anaknya untuk bermain game atau menonton video “acak” sebagai pengantar tidur dan ketika di sekolah peserta didik dituntut untuk lebih aktif dan musik senam untuk anak SD di suatu daerah tidak lagi memutar lagu poco-poco, sajojo, dan lagu tema anak lainnya, kini berganti menjadi musik dangdut dengan isi lirik tak pantas untuk anak-anak karena sepantasnya untuk orang dewasa, ya karena memang itu musik dewasa. “Tradisi merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang secara historis keberadaannya dan keberlangsungannya bersifat turun temurun. Tradisi masyarakat dapat berupa adat atau budaya masyarakat setempat.” Koentjaraningrat, (1997:9). Dongeng adalah salah satu cerita rakyat dengan berbagai jenis cerita, diantaranya ada cerita binatang, cerita jenaka, cerita legenda, cerita mitos, cerita sejarah, dan spiritual yang kebanyakan tidak diketahui pengarangnya. Sejarah dan tradisi lisan sangat erat kaitannya, ketika penutur menceritakan suatu kisah kepada lawan bicara tentang kejadian dimasa lampau yang tidak dapat diabadikan dalam tulisan. Oleh karenanya, tradisi lisan merupakan suatu cara untuk mengabadikan sejarah tanpa tulisan, sejarah itu hanya tersimpan dalam ingatan manusia. Menurut Dick Van Det Meji (2011), berpendapat bahwa “Tradisi lisan mencakup semua kegiatan kebudayaan yang dilestarikan dan diturunkan dari generasi ke generasi secara tidak tertulis. Tradisi lisan mencakupi kearifan lokal, sastra dan bentuk kesenian yang lain, sejarah, obat-obatan, primbon dan sebagainya.”

Ihwal tradisi lisan kebanyakkan orang memahami hanya sebatas dongeng, cerita rakyat, mitos atau semacamnya. Tradisi lisan dapat menjadi kekuatan budaya dan salah satu sumber utama yang penting dalam pembentukan identitas dan membangun peradaban bangsa, yang dimana menjadi investasi kekayaan untuk menjadi bangsa yang unggul dalam ekonomi kreatif. Tradisi lisan dapat di artikan sebagai kebiasaan atau adat yang berkembang dalam suatu kelompok  masyarakat yang direkam dan diwariskan dari generasi ke generasi melalui bahasa lisan/tutur. Tradisi lisan terkandung kejadian–kejadian sejarah, adat istiadat, cerita rakyat, syair, peribahasa, lagu, mantra, dan nilai religius. Faktanya posisi tradisi lisan semakin terpinggirkan, potensinya terus diabaikan, dan masih banyak yang menganggap bahwa tradisi lisan hanyalah peninggalan masa lalu yang hanya cukup menjadi pengetahuan dalam pelajaran di sekolah. Tradisi lisan seolah-olah tidak relevan lagi di zaman teknologi 4.0 sementara itu gossip selalu berkembang secara turun temurun.

Menurut UNESCO dalam konvensinya di Paris, 17 Oktober 2003, tradisi lisan tergolong yang disebut Intangible Cultural Heritage (ICH) yang harus dilindungi. Salah satu wujud tradisi lisan adalah bahasa, yang merupakan salah satu kekayaan budaya masyarakat Indonesia.

            Tradisi lisan bagi masyarakat Indonesia mengandung banyak nilai-nilai dan filosofi kehidupan. Jika dikaji lebih dalam lagi menyangkut nilai-nilai dan filosofi kehidupan maka dapat ditemui betapa sakralnya atas kearifan lokal yang berlaku. Komunikasi yang berkelanjutan antara masa kini dan masa lampau yang dilakukan secara turun temurun dari mulut ke mulut yang dilakukan oleh manusia ada kalanya berupa penyampaian informasi, baik itu berupa informasi terbaru ataupun warisan masa lalu. Walaupun di zaman belum mengenal tulisan, bukan berarti mereka tidak punya kemampuan untuk mengabadikan dan mewariskan pengalaman masa lalunya, akan tetapi proses pewarisan atas pengalaman masa lalu tersebut dilakukan secara lisan, proses pewarisan pengalaman masa lalu tersebut dikenal sebagai tradisi lisan.

Komentar

Postingan Populer