Daun dan Embun

Di Suatu pagi di taman yang ramah anak ada sebuah kolam ikan yang tepinya dijadikan tempat nongkrong dan senda gurau oleh Anak-anak, Remaja hingga orang tua dan ada sepanduk bertuliskan "Dilarang Keras Memancing Di Kolam Ini" .

Kolam ikan yang airnya kehijau-hijauan. Selain itu permukaannya dipenuhi bunga pohon tabebuya yang gugur. Ikan-ikan menari gembira setiap dilempari umpan oleh pengunjung, hanya dengan uang Rp.2000 untuk mendapatkan sekantong umpan yang dijual oleh warga disekitar kolam untuk memberi makan ikan-ikan di kolam itu juga. Di kolam yang ukurannya cukup besar hiduplah warga bernama: Pohon Tua, Daun, Embun, Koi, Lele, Mujair dan Sepat.

Suatu pagi daun dan embun tengah berdebat tentang siapa yang paling setia :

"Hi ! Pagi ini begitu indah ya! " sambutan Embun kepada Daun

"Hi juga! Rupanya kamu lagi. " sapa Daun

"Kenapa kamu selalu hinggap ditubuhku setiap pagi? " tanya Daun

"Itu sudah takdir semesta bahwa kaulah daun yang terpilih untuk tempat mengawali pagi dan menjalani hariku " ujar Embun dengan rendah hati

"Tetapi sarafku seakan beku dan mati rasa saat kamu mencair lalu menguap setiap sinar mentari meninggi" bimbang Daun

Kebingungan demi kebingungan daun terus berlanjut seakan tiada akhirnya memimirkan embun yang selalu datang ditiap pagi namun selepas itu ia menghilang, seakan berpura-pura demi membuat daun semangat dan bahagia dalam menjalani hidup yang fana ini,  konon katanya "cerita rakyat" umur Daun tidak akan lebih dari 5 hari lantas bagaimana dengan Embun yang hadirnya hanya 3 jam setiap hari dari waktu subuh sampai terbitnya rambut mentari.

Di suatu pagi yang baru. Berterbangan burung-burung merpati mengitari kolam dan diseruput pula air kolam pagi yang sangat segar. Embun masih sama dengan budayanya yang datang lalu menghilang.

"Hi Daun ! ,kamu terlihat kurang sehat? " tanya Embun

"Iya ,aku mencemaskan kamu ketika datang cahaya. Kamu selalu pergi dari pundaku. Kemana kamu selama itu? " tanya juga Daun

"Aku tidak kemana-mana, aku tidak pergi apalagi menghilang. Aku selalu dipundakmu setiap hari namun ketika mentari meninggi aku meresap hingga dagingmu, aku merangkulmu dibalik cahaya mentari " jelas Embun

Embun anggun yang mempertegas kehadirannya bahwa Embun tidak seperti apa yang Daun pikirkan selama ini. Ternyata Embun ada ditubuh daun sepanjang hari karena sifatnya yang lembut sinar mentari pagi saja mampu merusak dan meresaplah Embun kedalam tubuh sahabatnya untuk tetap bertahan hidup.

Di suatu pagi, di hari minggu. Koi mencipratkan liurnya kearah daun yang mulai layu. Sepat menari-nari disekitar pohon yang daunnya akan segera tanggal itu. Langit mendung gelap menghitam dipagi yang biasanya cerah dengan semilir angin segar. Alam semesta seakan memberi isyarat akan ada yang segera pergi melanjutkan kehidupan di alam yang baru.

"Oooh! Oh! huhuhu.... " teriak Daun

"Mengapa kau terkekeh-kekeh sekeras itu Daun!?" cemas Embun

"Hi Embun!  ,Dengarlah!  dengarlah baik- baik, Soal Rindu...  Aku teringat pesanmu dulu bahwa jangan pernah merindu padamu walaupun setetes zatmu karena kamu selalu datang tepat waktu. Walaupun kamu menguap entah kemana dikala mentari mengantarkan hangat bagiku dan membuat kamu tiada. Aku tidak paham sifatmu yang selalu menyambutku setiap pagi dalam kesejukan namun tidak menghasilkan satu pun puisi? " keluh Daun

"Hmmm.... Tubuhku terasa mengkristal dan hancur didalam" resah Embun

       (Kreek... Tssss..angin meniup pangkal daun dengan perlahan)
Daun yang layu akhirnya tanggal dari pohon tua itu. Sepat yang menantinya dibawah sudah siap melahap daun yang sudah dipenuhi warna kuning dan beberapa bintik hitam itu.

    (Byuuurrr...)
Terjeburlah daun terakhir di pohon tua itu dikolam yang hangat, lahap sepat yang langsung memangsa daun lemah itu. Meskipun telah tanggal dan hancur Daun tetap merindukan Embun dan terbawa cintanya kedalam perut sepat. Itulah keabadian.

Disuatu pagi, tahun baru Imlek. hujan deras dimana-mana dan membuat air di kolam ikut meluap beberapa warga ada yang hanyut, hilang dan mati. Kolam yang airnya berwarna hijau mulai berubah berwarna keemasan karena sudah memasuki musim dingin. Ikan-ikan bermigrasi ke daerah tropis demi mempertahankan hidup. Embun menyapa daun yang ia kira daun yang selama ini ia rangkul.

"Bukan dia daun yang kau cari Embun! " seraya Pohon Tua

Embun hanya terdiam, menahan marah, bimbang dengan sambil memandangi kolam yang sudah mulai membeku di pembukaan musim dingin bulan ini.

Komentar

Postingan Populer