Gulungan Tanda Tanya

      Bintang-bintang terbit seperti biasa, ranjangku sudah mandi dan bersolek rapih memanggil –manggil namaku untuk mengarungi mimpi. Ada yang kucurigakan dari hidup ini. Kenapa setiap malam aku selalu berpikir tentang masa depan? Sedangkan hidupku belum tentu sampai ke masa mendatang. Apakah aku aneh? Apakah semua orang seperti ini?  Merasa pesimis akan masa depan, mungkin dirasakan semua orang mungkin juga tidak. Baik dia orang jelata atau orang yang sudah hidup dalam privillage. Aku cukupkan pertanyaanku saat ini juga karena ayam tetanggaku sudah berkokok rutin tepat setiap jam 11 malam. Ternyata ada ayam yang berkokok diwaktu malam, aku tahu semenjak berada ditempat baru ini.

     Di dalam mimpiku, aku hidup. Namun, pertanyaan-pertanyaan semakin liar diajukan kepada alam ini. Kenapa aku diciptakan ke bumi, bukankah ada banyak planet dijagat raya? Kenapa aku  diciptakan sebagai manusia, bukankah ada makhluk lain seperti tumbuhan, hewan, jin, dan  malaikat? Apakah sebelum hidupku ini, aku pernah hidup sebelumnya? Apakah setelah kiamat nanti akan ada dunia yang baru? Terus-menerus aku bertanya sampai pada akhirnya datang seorang wanita muda yang seolah-olah dia menyaksikan aku selama hidup di dunia ini, dia  berkata “bersabarlah kamu menunggu ketetapan yang sudah dibuat Tuhanmu dan janganlah kamu tergesa-gesa dalam hidup.”  Seketika pertanyaan-pertanyaan dikepalaku menggulung dan aku bimbang antara mengajukan pertanyaan kepadanya atau menerima mentah-mentah pernyataannya.

“Kau datang darimana?” tanyaku sambil menunjuk ke arahnya

“Aku adalah apa yang kamu lihat setiap bercermin” jawab wanita misterius

“Aku tidak tahu, sebenarnya kamu siapa?”

“Aku yang kamu lihat dalam cermin”

“Kamu itu aku???”  tanyaku sambil menggaruk pundak

“Iya, aku adalah dirimu sendiri”

“Bagaimana bisa, kamu itu perempuan dan aku seorang laki-laki?”

“Bukankah kamu selalu bertanya-tanya sebelum tidur dan kamu sendiri yang menjawabnya”

“Aku tidak mengerti maksud pembicaraanmu”

“Jadi, maksudku adalah...”

Kriing !! Darderdor!!  kring !! Cetcetcet!!  kring !!   (Bunyi Alarm)

Subhanalaah. Aku melihat sekelilingku semua masih sama, ayam tetanggaku suaranya masih sama. Penjual roti juga masih sama. Ibu-ibu penyapu jalan juga sama. Aku lihat cermin, dan tetap sama. Ternyata obrolan tadi hanya mimpi. Dengan terkejut, aku merenung.

    Mentari mulai nampak kerah bajunya dibarengi sahut-sahutan burung merpati. Orang-orang mulai bergegas menjalani hari, sepeda motor mulai diajak berlari. Aku masih termangu diatas kasur, sendiri. Aku meninggalkan kasurku perlahan, meraih termos lalu menuangkan air panas ke dalam cangkir, kuaduk berlawanan arah jarum jam agar citarasa kopi tubruk menjadi hidup. Setiap seruputan selalu menghasilkan pertanyaan. Apakah harus diajukan, tidak bisakah sehari saja tanpa mengajukan pertanyaan.  Hmmm… Darimana asalnya kenikmatan?  Dimana kenikmatan itu tercipta? Apa itu cinta? Lebih dulu cinta atau hidup? Bagaimana cinta yang sejati? Dapatkah cinta itu berkhianat?  Dan tak terasa kopipun habis, kenapa nikmat hidup menjadi adiktif? Bukankah pernah ada seorang filsuf menyatakan bahwa barangsiapa yang mengejar kebahagiaan hidup maka ia akan mendapatkan bagian dari lawannya, yaitu kesengsaraan karena sejatinya kedua hal itu tumbuh dalam satu batang yang sama.

     Tanpa sepatah kata pun, aku menerima ajakan pikiranku untuk terus menyelam dalam dunia tanda tanya. Terus menerus mengajukan pertanyaan dan berusaha keras mendapatkan jawabannya dari berbagai sumber. Pikiranku berjalan menuju pusat tata surya tempat yang menjadi awal mulanya kehidupan di dunia. Dada semakin berdebar tak karuan entah harus mengawali dengan pertanyaan apa. Why? Who? Where? When? What? How?

Komentar

Postingan Populer